Jumat, 05 Oktober 2012

Retorika (oleh : Prof. H. Agus Suradika, M.Pd )

Dua ribu tahun yang lalu istilah Retorika menunjuk pada suatu bidang studi yang dipandang sangat tidak dapat diabaikan dan sangat berharga untuk mencapai sukses dalam masyarakat Yunani kuno (Aubrey Fisher, 1978, hal. 18). Namun perkembangan berikutnya menunjukkan perkembangan yang antagonis dimana retorika diartikan sebagai omong kosong, dibuat-buat, dan mengorbankan kebenaran ataupun pemikiran yang mendalam. Kita sering mendengar orang berkata : “Ah, itu kan hanya retorika anda saja “.

Retorika adalah kata Yunani yang sinonim dengan komunikasi, jika hendak dirumuskan, retorika dapat diartikan sebagai suatu seni berbicara untuk menyampaikan pendapat/ide/konsep dengan lisan agar orang yang mendengar dapat mengerti, memahami dan melaksanakan pesan yang disampaikan. Secara garis besar terdapat dua jenis komunikasi yaitu komunikasi tertulis dan tidak tertulis. Jenis komunikasi kedua biasa disebut dengan oral communication, disanalah retorika berada.

Demikian pentingnya komunikasi dalam kehidupan ini, hampair 90% kegiatan manusia dilakukan dengan komunikasi. Bahkan, bukan hanya dengan sesama manusia, dengan Tuhan pun manusia perlu berkomunikasi yang dalam dienul Islam komunikasi tersebut dijelmakan dalam bentuk sholat dan ibadah lainnya.

Retorika yang dalam perkembangan berikutnya menjadi bagian dari komunikasi merupakan seni yang sangat diperlukan oleh komunikator agar informasi yang diberikan dapat dimengerti oleh komunikan. Oleh karena itu diperlukan pemahaman mengenai lima unsur dasar dari retorika yaitu Invensi, Disposisi, Ekolusi, Memori dan Cara menyajikan.
  1. Invensi adalah urutan argumentasi yakni suatu sistematika penyampaian argumen, Invensi merupakan unsur yang sangat penting karena retorika tidak akan ada artinya tanpa argumentasi.
  2. Disposisi adalah pengaturan atau pengorganisasian ide yang akan disampaikan, kendatipun argumentasi yang disampaikan sangat argumentatif, tanpa pengaturan atau pengorganisasian, argumentasi tersebut sulit dipahami.
  3. Dalam menyampaikan ide melalui argumentasi, pemilihan kata-kata sebagai expresi ide adalah hal yang penting, oleh karena itu ekoluasi adalah unsur ketiga yang perlu dipelajari dengan jalan mengkaji bahasa.
  4. Unsur berikutnya adalah memori atau ingatan, seorang komunikator harus mempunyai daya ingatan yang tajam agar ide-ide yang akan disampaikan dapat diberikan secara lengkap melalui,
  5. Cara penyajian yang menarik.

RETORIKA, ORATOR dan PIDATO

Dalam aktifitas manusia berorganisasi terdapat tiga hal yang mendukung aktifitas tersebut :
  1. Administrasi, yaitu orang yang mempunyai kemampuan untuk mengatur “roda” organisasi.
  2. Konseptor, yaitu orang yang mempunyai kemampuan menyampaikan idea ide melalui tulisan.
  3. Orator, yaitu orang-orang yang mempunyai kemampuan menyampaikan idea/pendapat/pikiran melalui lisan atau ucapan.
Retorika adalah seni berbicara, oleh karena itu seseorang yang mahir berbicara menyampaikan ide kepada audience adalah orator (asal kata oral : lidah, bicara), medianya adalah pidato.

Pidato mempunyai beberapa tipe, dilihat dari tujuannya akan terdapat pidato yang bertujuan komersial (propaganda) dan yang bertujuan ideal (kampanye, khutbah, dsb). Sedangkan dilihat dari arah pembicaraan, terdapat pidato satu arah (one way) dan pidato dua rah (two way). Pada pidato satu arah tidak terdapat tanya jawab antara pembicara dengan audience seperti khutbah jum’at, sambutan, pengarahan, dsb. Pada pidato dua arah terdapat Tanya jawab seperti dalam diskusi, seminar, training, presensi perkualiahan, dsb.

BEBERAPA HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PIDATO

Dahulu orang beranggapan bahwa kemahiran berbicara merupakan faktor genetik, seorang orator akan melahirkan anak yang pandai berbicara pula. Tetapi pengalaman empiris menunjukkan bahwa pidato adalah ketrampilan yang dapat dipelajari, bukan merupakan dominasi dari anak-anak yang orang tuanya pandai berpidato. Ingin bukti ? mari kita lihat :

  • Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia, adalah seorang orator ulung yang bila berbicara mendapat atensi penuh dari rakyatnya tetapi tidak semua anak-anaknya mahir berpidato, bahkan Guruh malah kebidang seni tari dan musik.
  • Agus Salim, Kiai yang diplomasi ulung, bukanlah dari keturunan keluarga yang pandai berbicara tetapi dengan pengetahuan dan kemampuannya beliau menjadi diplomat yang disegani dalam perundingan-perundingan.

Dengan demikian, secara singkat ingin saya katakan bahwa kemahiran berpidato adalah ketrampilan yang dapat dipelajari. Untuk mempelajarinya ada beberapa pengalaman yang mungkin bermanfaat untuk anda. Saya ingin berbagi pengalaman berikut :

Persyaratan minimal bagi orang yang berpidato :
  1. Mengetahui sasaran dari isi pidato yang akan disampaikan kepada audience
  2. Mampu berbicara dengan tegas, lantang dan jelas serta mampu memilih intonasi suara yang harus digunakan.
  3. Mengetahui pada konteks apa kita berbicara
  4. Mengetahui ilmu jiwa/psikologi sosial
  5. Sistematis dan konsisten
Persiapan pada saat akan berpidato :
  1. Mulailah dengan penampilan yang menyakinkan, berwibawa dan bersahaja
  2. Siapkan pokok-pokok masalah yang akan dibahas
  3. Tanyakan pada panitia hal-hal yang berkaitan dengan audience (pendengar) : pendidikan, umur, pekerjaan, dsb, untuk mengambil keputusan tehnik penyajian.
  4. Adakan analisa terhadap situasi audience
Masalah-masalah yang sering dihadapi pada saat berpidato :
  1. Gugup dan gemetar; adakan gerakan gerakan yang wajar dan menarik perhatian audience.
  2. Keluar dari pembicaraan; siapkan garis-garis besar bahan yang akan disampaikan
  3. Audience tidak memperhatikan dan berisik; berikan illustrasi (humor) yang segar dan menarik yang ada kaitannya dengan materi pembicaraan (intermeso)
  4. Pengaruh logat daerah ; pelajari dan sering latihan mengunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

CATATAN PENUTUP

Retorika bukanlah science/ilmu tetapi merupakan kemampuan praktis yang bersifat seni dalam menyampaikan gagasan, oleh karena itu setiap orang akan mempunyai keunikan dan pengalaman yang berbeda-beda. Dan ingat, retorika bukanlah ketrampilan yang timbul akibat faktor genetic (keturunan) semata tetapi merupakan pengetahuan yang dapat dipelajari. Untuk itu bila anda ingin mahir ber retorika banyaklah belajar dari pengalaman dan salah satu syarat utamanya adalah mempunyai KEMAUAN. Orang bilang “ Where is a will there is a way “, dimana ada kemauan disitu ada jalan.

DAFTAR BACAAN :

Andrey Fisher B, Teori-Teori Komunikasi, penyunting Drs. Jalaluddin Rachmat, MSc, CV. Remaja Karya, Bandung, 1978.

Pil Astrid S. Susanto DR, Komunikasi dalam teori dan praktek, Bina Cipta, Bandung, 1977.

GOLDEN WORDS :

“Katakanlah yang benar, kendatipun itu pahit “

“Sampaikan sesuatu yang kamu tahu, kendatipun hanya satu ayat “

“Luka dibadan dapat terobati tetapi luka karena ucapan akan melekat dihati, maka berbicara harus hati-hati “.


Tidak ada komentar: